Oleh Prof. Dr. KH. M. Erfan Soebahar
Pada hari Jumat Pon, 24 Juli 2025, dalam rangka peringatan Milad Ke-50 MUI yang lahir tahun 1975, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Semarang mengadakan rangkaian ziarah ke makam para Ketua MUI terdahulu. Kegiatan ini tidak sekadar menjadi agenda rutin, melainkan wujud penghormatan kepada para ulama dan tokoh yang telah berjuang membangun pondasi dakwah Islam di Semarang dan sekitarnya. Ziarah ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum MUI Kota Semarang, Prof. H. M. Erfan Soebahar, M.Ag, bersama jajaran pengurus MUI yang turut serta dalam perjalanan penuh makna tersebut.
Mengawali Ziarah ke Kudus
Perjalanan dimulai dengan ziarah ke makam Drs. KH. M.A. Syamsuddin Anwar (wafat 2006), mantan Ketua MUI Kota Semarang (1995-2005), yang dimakamkan di Desa Jurang, Gebog, Kudus.
Di sini, suasana hening penuh kekhusyukan terasa ketika rombongan MUI memanjatkan doa dan tahlil. Kehadiran mereka seakan menjadi pengingat bahwa perjuangan ulama tidak pernah lekang oleh waktu, dan doa anak bangsa adalah bentuk penghargaan yang tak ternilai.
Berlanjut ke Margoyoso, Pati
Setelah dari Kudus, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pati untuk berziarah ke makam Prof. Dr. KH. M. Muchoyyar HS, MA (wafat 2015), seorang ulama cerdas dan pemimpin visioner yang juga pernah menjadi Ketua MUI Kota Semarang (1985-1995). Makam beliau terletak di kompleks makam keluarga di Margoyoso, Pati. Di tempat ini, rombongan disambut hangat oleh keluarga besar almarhum, khususnya Kang Rukhin yang kini menetap di rumah Ibu Nyai Khoiriyah Muchoyyar, istri almarhum Prof. KH. Muchoyyar.
Kunjungan ini terasa istimewa karena selain berziarah, rombongan juga mendapat kesempatan untuk mengenal lebih dekat keluarga besar Prof. KH. Muchoyyar. Para pengurus MUI mendengarkan kisah-kisah inspiratif tentang almarhum, menikmati santapan siang yang penuh kehangatan, bahkan diberikan oleh-oleh sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang ke Semarang. Suasana kekeluargaan yang tercipta menunjukkan bahwa hubungan antara ulama dan umat bukan hanya sebatas urusan formal, melainkan ikatan hati yang tulus.
Ziarah ke Makam Tokoh Nasional
Tidak hanya berhenti pada para Ketua MUI Kota Semarang, rombongan juga meluangkan waktu untuk berziarah ke makam Syekh Ahmad Mutamakkin (1645 - 1740), seorang wali besar yang dimakamkan di Kajen, Pati. Sosok beliau dikenal sebagai ulama pejuang yang menyebarkan Islam dengan pendekatan hikmah dan penuh kasih sayang.
Selain itu, rombongan juga mengunjungi makam KH. Abdullah Salam (1920-2001), pengasuh Pondok Pesantren di Sarehan, serta makam Dr. KH. Sahal Mahfudh (1937-2014), mantan Ketua MUI Pusat sekaligus Rois 'Am Nahdlatul Ulama (NU). Ziarah ini bukan hanya ajang mengenang jasa para ulama nasional, tetapi juga menjadi momentum refleksi bagi para pengurus MUI Kota Semarang untuk melanjutkan perjuangan dalam menjaga kemaslahatan umat.
Perhentian Terakhir di Semarang
Setelah menyelesaikan rangkaian ziarah di Pati dan Kajen, rombongan kembali ke Semarang dengan satu tujuan terakhir : makam Drs. KH. A. Karim Assalawi, M.Ag (wafat 2016) yang memegang amanah ketua MUI Kota Semarang (2005-2015), yang berada di kompleks Pondok Pesantren An-Nur, Karanganyar, Tugu, Semarang.
Di tempat inilah perjalanan panjang ziarah ditutup dengan penuh rasa syukur dan haru.
Rangkaian Doa dan Tahlil
Di setiap lokasi ziarah, Ketua Umum MUI Kota Semarang, Prof. Erfan selalu memberikan pengantar singkat yang mengingatkan makna penting dari kegiatan ini. Ziarah tidak hanya bertujuan untuk mengenang jasa para ulama, tetapi juga untuk mendoakan mereka agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Setiap kunjungan diiringi dengan tahlil, doa bersama, dan lantunan ayat suci, menciptakan suasana spiritual yang mendalam.
Prof. Erfan menegaskan bahwa ziarah ini menjadi momentum bagi semua pengurus MUI untuk merefleksikan perjalanan dakwah, memperkuat tekad dalam memberikan keberkahan dan kemanfaatan bagi umat, serta memohon keselamatan dunia dan akhirat.
Makna Ziarah bagi Umat
Ziarah seperti ini tidak hanya bernilai sebagai penghormatan kepada para tokoh yang telah wafat, tetapi juga sebagai ajang memperkuat tali silaturahmi. Dalam perjalanan ini, keakraban antar anggota pengurus MUI semakin terjalin, diiringi kesadaran bahwa perjuangan dakwah tidak pernah berhenti. Semangat para pendahulu harus menjadi inspirasi dalam mengarahkan langkah dakwah yang penuh hikmah, toleransi, dan kemaslahatan.
Kegiatan ziarah juga memberi pesan bahwa doa adalah jembatan penghubung antara yang hidup dan yang telah mendahului kita. Dengan doa, kita menyambung cinta, menghargai jasa, sekaligus mengambil pelajaran dari perjalanan hidup para ulama yang selalu mengutamakan keikhlasan.
Ziarah pada 24 Juli 2025 ini menorehkan kesan mendalam bagi rombongan MUI Kota Semarang. Lebih dari sekadar perjalanan, ini adalah safari spiritual yang meneguhkan hati, memperkuat ukhuwah, dan membangkitkan semangat melanjutkan perjuangan mulia para pendahulu. Dengan hati penuh syukur, rombongan kembali ke Semarang, membawa doa, inspirasi, dan semangat baru untuk melanjutkan dakwah Islam yang rahmatan lil-‘alamin.
0Komentar