TfMiBSz8TpMiGSWiBUO5GUriGi==
00 month 0000

Headline:

Ridho


Oleh: Dr. KH. Ismail SM, Sekretaris Umum MUI Kota Semarang.

Mukminin mukminat Rahimakumullah, doa kita selalu; Allahumma inna nas’aluka ridhoka wal Jannah wa na’udzubika min sakhatika wan-nar.

Bismillah, Alhamdulillah. Saya mengajak diri sendiri dan Saudaraku semua, Yuk kita ngaji topik ridho. Kita fahami, hayati dan selalu berupaya amalkan sikap dan perilaku ridho dalam kehidupan sehari-hari. Pada bulan Ramadhan ini, momentum yang tepat bagi kita untuk ikhtiar lahir batin mengamalkan sikap dan perilaku ridho.

Secara bahasa merujuk Kamus Al-Munawwir, kata ridho (رِضَا) berasal dari kata radhiya-yardha-ridhwanan (رَضِيَ-يَرْضَي-رِضْوانًا) yang berarti senang, suka, rela, menyetujui, puas. Kata tersebut juga sudah familiar dan diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, sehingga terdapat beberapa kata ridho (رضا) dalam Al-Qur’an yang tetap diartikan sebagai ridho. 

Dalam konteks ajaran Islam, Ridho untuk menggambarkan keadaan di mana seseorang merasa puas, rela atau ridho terhadap keputusan Allah, baik dalam hal yang baik maupun yang buruk. Ridho juga mencerminkan sikap menerima dan bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. 

Dalam konteks yang lebih luas, ridho dapat merujuk pada perasaan damai dan bahagia yang muncul ketika seseorang menerima keadaan atau situasi yang ada. Sikap ridho mencerminkan keimanan yang kuat dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar.

Menurut Syaikh Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi (w. 1074 M), dalam kitabnya "al-Risalah al-Qusyairiyyah", sikap ridho adalah penerimaan yang tulus terhadap segala ketentuan Allah. Dalam tasawuf, ridho adalah salah satu tahap penting dalam perjalanan spiritual seorang hamba. Al-Qusyairi menjelaskan bahwa ridho adalah keadaan di mana seorang hamba menerima segala sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT, baik itu berupa nikmat maupun ujian, dengan penuh keikhlasan dan tanpa rasa keberatan. Ini mencerminkan tingkat keimanan yang tinggi, di mana seorang hamba menyadari bahwa segala yang terjadi adalah bagian dari hikmah dan kebijaksanaan Allah SWT. Seorang yang ridho akan selalu bersyukur atas segala nikmat dan bersabar atas segala ujian, serta percaya bahwa Allah SWT selalu memiliki rencana terbaik untuk hamba-Nya.

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (w. 505 H/ 1111 M), seorang ulama besar ahli tasawuf, fiqh dan falsafah Islam dalam kitabnya "Ihya Ulum ad-Din", menguraikan sikap ridho itu penerimaan terhadap takdir dan ketentuan Allah. Ridho adalah suatu keadaan di mana seseorang menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya dengan penuh keikhlasan, baik itu berupa nikmat maupun ujian. Imam Al-Ghazali juga menekankan bahwa ridho dapat membawa seseorang kepada kebahagiaan sejati. Ketika seseorang ridho terhadap takdir Allah, ia akan terhindar dari perasaan cemas, gelisah, dan penyesalan. Sebaliknya, ketidakridhoan dapat menyebabkan penderitaan batin dan menjauhkan seseorang dari kedamaian.

Ridho dalam Hidayah Al-Quran


Al-Qur'an surah Al-Fajr ayat 27, 28,29, 30;

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ

Wahai jiwa yang tenang!

ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya.

Tafsir Wajiz ayat ini; Kembalilah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan mendidikmu, dengan hati yang rida atas pahala dan nikmat yang Allah siapkan untukmu, dan di ridai-Nya karena Allah telah menerima amalan salehmu.

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ

Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,

وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Al-Qur'an surah Al-Bayyinah ayat 8

جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ ࣖ

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

Al-Qur'an surah Al-Mā'idah ayat 119

قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.”

Dalam ayat ini (Tafsir Tahlili), Allah menjelaskan bahwa pada hari Kiamat, orang yang senantiasa berbuat tetap dalam tauhid, akan memperoleh manfaat dari kebenaran iman mereka dan dari kejujuran perbuatan dan perkataan mereka. Kemanfaatan yang mereka peroleh itu ialah: pertama kenikmatan surga, kenikmatan yang banyak memberi kepuasan jasmaniah, dan kedua kenikmatan rida Ilahi, kenikmatan yang memberikan ketenteraman dan kepuasan rohani. Segala amal perbuatan mereka diterima Allah sebagai ibadah dan Allah memberi anugerah dan keridaan kepada mereka. Mereka merasa bahagia memperoleh keridaan dari Allah. Tidak ada kenikmatan yang lebih besar dari penghargaan dari Allah. Allah rida terhadap mereka, dan mereka rida terhadap Allah. Inilah puncak kebahagiaan abadi dalam diri manusia. Kedua nikmat Allah ini ialah surga dan rida Ilahi yang diperoleh sesudah melewati perhitungan amal pada hari Kiamat.

Ridho dalam Penjelasan Sunnah Nabi Saw


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

(ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً)

“Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridho kepada Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya”. (HR. Muslim)

Berdasarkan hadis tersebut kita bisa memahami makna “ridho kepada Allah SWT sebagai Rabb” adalah ridho kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan dicegah-Nya. Inilah syarat untuk mencapai tingkatan ridho kepada-Nya sebagai Rabb secara utuh dan sepenuhnya. 

Makna “ridho kepada Islam sebagai agama” adalah merasa cukup dengan mengamalkan syariat Islam dan tidak akan berpaling kapada selain Islam. Demikian pula “ridho kepada nabi Muhammad Saw sebagai rasul” artinya hanya mencukupkan diri dengan mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah Saw dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam ajaran Islam, sikap dan perilaku ridho sangat dianjurkan dan dicontohkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW. Mereka menunjukkan sikap ridho dalam berbagai situasi, baik saat menghadapi kesulitan maupun saat menerima nikmat kebahagiaan. Misalnya, sahabat seperti Abu Bakar As-Shiddiq, Umar Bin Khathab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib selalu menunjukkan sikap ridho terhadap keputusan Allah, bahkan ketika mereka menghadapi tantangan besar.

Hikmah dari sikap dan perilaku ridho


1. Kedamaian Hati: Dengan ridho dan menerima segala ketentuan Allah, seseorang akan merasakan ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya, terlepas dari situasi yang dihadapi.

2. Mengurangi Stres dan Kecemasan: Sikap ridho membantu seseorang untuk tidak terlalu terbebani oleh masalah yang dihadapi, sehingga mencegah stres dan kecemasan hati.

3. Mendapatkan Pahala: Dalam Islam, sikap ridho sebagai amal baik yang akan mendatangkan pahala dari Allah. Ini menunjukkan bahwa Allah menghargai hamba-Nya yang sabar dan menerima takdir-Nya.

4. Meningkatkan Keimanan: Sikap ridlo mencerminkan keimanan yang kuat. Dengan menerima segala ketentuan Allah, seseorang menunjukkan bahwa ia percaya pada kebijaksanaan dan kasih sayang Allah.

Akhir kalam, semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menjadi mukminin mukminat yang ridho dan diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin.

Wallahu a’lam bis-shawab.

[Ngaliyan_ Semarang, 4 Ramadhan 1446 H/ 4 Maret 2025]

Daftar Isi

0Komentar

Formulir
Tautan berhasil disalin