TfMiBSz8TpMiGSWiBUO5GUriGi==
00 month 0000

Headline:

Hijrah: Jejak Sejarah dan Tantangan Modern




Oleh: Prof. Dr. KH.M. Erfan Soebahar, M.Ag.
Ketum MUI Kota Semarang

Dalam sejarah Islam, hijrah bukan hanya sekadar kisah tentang Rasulullah saw yang meninggalkan Makkah menuju Madinah. Ia adalah momentum pembentukan komunitas baru yang merangkul nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan persaudaraan. Secara sosiologis, hijrah menggambarkan transformasi kolektif yang memungkinkan masyarakat Muslim awal meninggalkan tradisi stagnan dan membangun sistem sosial yang lebih beradab.

Pada masa kini, konsep hijrah tetap relevan, bahkan semakin mendesak terus digunakan. Bukan lagi semata dalam arti berpindah tempat, hijrah adalah perjalanan batin dan sosial untuk meninggalkan keburukan, memperbaiki diri, serta membangun peradaban yang menebar manfaat. Ketika tantangan modern kian kompleks, semangat hijrah menjadi lentera yang menuntun kita menghadapi era digital dan global ini.

Mengakar pada Dalil: Al-Qur’an dan Hadis

Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218)
Hadis Rasulullah saw juga menegaskan, “Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Berangkat dari sini, hijrah tidak terbatas pada perpindahan fisik, melainkan mencakup upaya meninggalkan segala bentuk keburukan. Ia adalah tekad untuk terus meningkatkan keimanan dan membangun masyarakat yang berlandaskan nilai ilahi.


Dari Sejarah Hijrah Menuju Transformasi Sosial

Secara historis, peristiwa hijrah diabadikan sebagai langkah strategis untuk membangun peradaban Madinah yang damai dan inklusif. Komunitas di Madinah bersatu dalam piagam sosial yang menempatkan agama, kemanusiaan, dan keadilan sebagai pilar utama. 
Dari perspektif sosiologis, hijrah pun tercermin dalam empat dimensi sebagai disebutkan yang berikut:
Hijrah Iman
Meninggalkan keraguan menuju keyakinan teguh. Iman yang tumbuh subur menuntun setiap amal dan perilaku, memancar ke lingkungan sekitar untuk membangun tatanan sosial yang lebih baik.
Hijrah Akhlak
Beralih dari sikap atau tindakan tercela menjadi pribadi berkarakter luhur. Mewarisi jejak Rasulullah saw, kita memperjuangkan kebaikan bukan sekadar di lisan, melainkan dalam tindakan yang nyata dan konsisten.
Hijrah Sosial
Membangun jejaring kepedulian dan tanggung jawab sosial. Bukan hanya menghindari perilaku merusak, hijrah sosial juga mengajak kita giat menebar kebermanfaatan bagi keluarga, tetangga, hingga masyarakat luas.
Hijrah Teknologi dan Peradaban
Memanfaatkan kemajuan digital untuk tujuan konstruktif: dakwah, edukasi, dan beragam aktivitas produktif lainnya. Ini berarti menjauhi penggunaan teknologi yang tidak bermoral atau sekadar berujung pamer dan mencari sensasi.
Menjalani Hijrah di Tengah Arus Modernitas
Dari Kemalasan ke Produktivitas
Era digital kerap menggoda kita untuk tenggelam dalam media sosial hingga melupakan tanggung jawab utama. Semangat hijrah menuntun kita agar bijak mengelola waktu—menggunakannya untuk hal-hal positif, seperti berbagi ilmu, menginspirasi, dan menebar pesan kebaikan.
Dari Konsumtif ke Sederhana
Kemudahan berbelanja daring kian memicu gaya hidup boros. Padahal, Rasulullah saw selalu menekankan keseimbangan antara urusan dunia dan persiapan akhirat. Dengan ruh hijrah, kita berikhtiar mengelola harta secara bijak, memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan.

Dari Egois ke Solidaritas Sosial

Semangat individualisme yang semakin menguat di era modern dapat dikikis dengan meneladani sikap peduli dan gotong royong. Sabda Nabi saw diriwayatkan dalam salah satu hadirnya,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Melalui sikap peduli, kita berkontribusi pada terbentuknya jaringan sosial yang kuat dan penuh harmoni.
Menutup Perjalanan, Membuka Kesadaran
Pada hakikatnya, hijrah adalah perjalanan panjang yang terus berlanjut—mengubah diri kita menjadi lebih baik hari demi hari. Ia menjadi pijakan moral dan spiritual di tengah deru modernitas yang terkadang membingungkan. Dengan mengusung semangat hijrah, kita tak hanya berjuang bagi perbaikan diri, tetapi juga berkontribusi menciptakan lingkungan yang lebih adil, ramah, dan penuh kasih sayang.
Semoga Allah Swt senantiasa membimbing kita dalam setiap langkah. Semoga cahaya hijrah terus menyala sebagai penerang kehidupan, membangunkan kesadaran untuk selalu meniti jalan yang benar dan menebar manfaat bagi sesama. Amin (Erfan Soebahar, Smg: 29-1-25)

Daftar Isi

0Komentar

Formulir
Tautan berhasil disalin